Ini adalah sebuah blog yang kubuat untuk menggambarkan pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaan yang kualami, yang mengisahkan perjalalanku dari seorang Muslim Sunni menjadi kini seorang pemikir bebas (free thinker). Karena itu, cara terbaik untuk memulainya adalah dengan terlebih dahulu memperkenalkan diriku dan menceritakan kisah yang aku alami. Namaku adalah Rafi Aziz. Aku telah menjadi seorang Muslim selama 22 tahun dan dilahirkan ke dalam Islam. Kakekku adalah kepala imam di sebuah mesjid terkenal.
Meskipun orang-orang Muslim akan mengatakan bahwa aku sebenarnya tidak pernah menjadi seorang Muslim “sejati” (apapun artinya itu), atau bahwa aku sebenarnya tidak pernah mengenal Islam; pada mereka aku ingin mengatakan hal ini: “Aku adalah seorang Muslim yang sangat taat”.
Aku masih ingat saat aku sedang membaca kisah mengenai kematian Muhammad. Pikiranku coba menggambarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam ayat-ayat yang tengah aku baca. Di dalam kepalaku, aku melukiskan sebuah gambar dengan memakai peralatan-peralatan imajinasi mengenai, bagaimana Muhammad tengah berbaring di samping Aisyah saat ia menemui ajalnya. Kematian Muhammad tentulah menyebabkan orang-orang Muslim yang menjadi pengikutnya menjadi sangat terkejut. Ketika kemudian Abu Bakar berkata “…Siapa pun di antara kalian yang menyembah Muhammad, sekarang Muhammad sudah mati, tetapi siapa pun yang menyembah Allah, Allah itu hidup dan akan senantiasa hidup.” Pada poin itu, saat aku membaca kisahnya, pakaianku menjadi basah oleh air mataku yang mengalir deras.
Ya, saya mengasihi Allah, Muhammad dan Islam. Bisa masuk ke dalam Jannah bagiku adalah hal paling penting dan merupakan aktifitas yang sangat berarti bagiku. Secara terus-menerus aku berterimakasih pada Allah karena aku dilahirkan sebagai seorang Muslim.
Tetapi semuanya kemudian berubah saat aku menjadi semakin tua. Ketika masih muda, aku tidak memiliki komputer dan tidak punya akses pada internet. Namun kemudian, melalui internet aku bisa mendapatkan akses pada semua terjemahan Quran, semua tafsir, dan semua hadis. Yang lebih penting lagi, semuanya itu bisa kuperoleh secara gratis. Apa yang kupelajari melalui menemukan informasi yang baru, benar-benar mengejutkanku. Selama bertahun-tahun aku melakukan riset yang mendalam dan dengan kesungguhan hati. Semakin banyak aku belajar, semakin terperangah dan terguncang diriku.
Dari menikahi seorang anak hingga pembunuhan yang dilakukan terhadap seorang wanita hamil, dan bagaimana Muhammad mengampuni orang yang melakukan pembunuhan itu, maka kini aku telah memahami seluruhnya mengenai Islam dan Muhammad. Sama halnya seperti seorang Muslim yang baik, aku berusaha menutup-nutupi hal itu dan sama sekali tidak mempertanyakannya, berpikir untuk sejangka waktu bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tidak ada masalah dan aku berasumsi bahwa semuanya masih masuk akal. Muhammad tetaplah manusia yang sempurna dan bahwa jika ada keragu-raguan atau pertanyaan dalam diriku, maka itu semua bersumber dari Satan yang tengah menggoda aku. Semua itu adalah ujian dari Allah, dan aku berusaha melakukan yang terbaik untuk mengatasi godaan-godaan itu dengan mengabaikan pertanyaan-pertanyaan.
Ternyata perjalananku itu hanyalah sebuah permulaan. Aku tetaplah seorang pribadi yang selalu ingin tahu. Dan kini, memikirkan apa yang telah terjadi di belakang membuatku merasa bahagia, sebab keingintahuan menjadi hal terbaik yang ada pada diriku. Tak ada kata untuk berpaling ke belakang. Hadis-hadis itu ada di sana. Semuanya nyata, dicatat dan dilaporkan dalam buku-buku Muslim. Bagaimana semuanya itu bisa dianggap hanya sebagai sebuah ujian, jika itu adalah bagian dari Islam dan diterima sebagai anekdot yang sah oleh para sarjana Islam? Bukan orang-orang non-Muslim yang membuat kisah mengenai Muhammad yang melakukan hubungan seks dengan anak kecil berusia 9 tahun, ketika ia sendiri berusia 53 tahun. Kisah itu seluruhnya berasal dari Islam.
Hal kedua yang mengejutkanku datang saat aku membaca Quran dalam sebuah bahasa yang aku mengerti, yaitu bahasa Inggris. Selama bertahun-tahun, aku telah membacanya dan mencoba untuk menghapalkannya dalam bahasa Arab, tanpa memahami satu kata pun kecuali barangkali kata “Allah” dan “Muhammad”. Aku tidak punya gagasan, apa yang sebenarnya sedang aku baca. Tetapi melalui keingintahuanku, aku memutuskan untuk membacanya dari depan ke belakang, Surah demi Surah. Karena ini dianggap sebagai Firman Allah, maka aku harus tahu agama seperti apa yang aku ikuti, yang ternyata di kemudian hari aku bahkan sama sekali tidak tahu apa yang Allah ingin katakan padaku.
Sekali lagi, hal yang sama terjadi. Semakin banyak aku membaca Quran, semakin aku merasa terganggu. Dalam blogku, aku telah menjelaskan semua dugaan dan penilaianku akan Quran secara lebih detail, tetapi sekarang, cukuplah untuk mengatakan, “aku menemukan bahwa Quran itu hanyalah sebuah pengulangan-pengulangan, penuh dengan ancaman-ancaman yang buruk dan tidak perlu, penuh dengan intimidasi dan merupakan karya sastra yang sangat membosankan.” Selama periode itu, hidupku pun berubah untuk selamanya. Aku mulai menemukan bahwa tak ada gunanya berdoa kepada Allah ketika aku bahkan tidak tahu apa yang sedang aku katakan padanya; karena sama halnya dengan Quran, aku pun membaca Namaz dalam bahasa yang tidak aku mengerti.
Yang terakhir adalah, aku menemukan keindahan dari ilmu pengetahuan yang benar-benar telah membuka pemikiranku pada kemungkinan-kemungkinan yang baru. Ada begitu banyak keajaiban dalam dunia yang membuat Islam terlihat sedemikian picik dan kecil. Mengapa Allah yang menciptakan jagat raya ini, perlu mengkhawatirkan hal-hal kecil yang dilakukan oleh manusia? Pastilah Ia punya hal-hal yang lebih baik untuk dikerjakan, sementara Ia tidak perlu memberitahukan pada kita bahwa Ia sedang mengamati kita, sebab ia peduli dan mengasihi kita.
Pernahkah anda membaca Quran? Dalam Quran, satu-satunya kemampuan yang diperlihatkan oleh Allah pada kita adalah kemampuanNya untuk menemukan alasan untuk menyesah kita dan membuat kita merasa kesakitan. Kelihatannya Islam mengurangi keindahan jagat raya ini dengan mengajarkan bahwa anda dilahirkan ke dalam dunia untuk menghadapi ujian yang tidak ada tujuannya, dengan maksud agar anda mengalami kegagalan. Tampaknya Allah itu menciptakan kita hanya untuk melihat, apakah kita menyembahnya dan untuk mencari tahu, dari ratusan agama yang ada dalam dunia, agama mana yang benar.
Kalau mau jujur, apa yang Allah lakukan itu bukan hanya terlihat sebagai hal yang tidak ada faedahnya, tetapi juga merupakan hal yang paling bodoh. Ujian macam apa itu, dimana orang hanya bisa melewatinya karena mereka telah dilahirkan ke dalam tim pemenang? Jika hidup itu adalah sebuah ujian, maka itu akan bisa dibayangkan sebagai ujian yang paling tidak adil. Jika makna hidup adalah untuk melewati sebuah kuis yang tak ada artinya, maka aku lebih suka mempunyai hidup yang tidak memiliki makna.
18 Juni 2011---Sumber: Faithfreedom.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar