Peristiwa Tsunami Aceh 2004 - Yesus Allah Sejati

Yesus Allah Sejati

Yesus Allah Pencipta Langit Bumi

Artikel Terbaru

Home Top Ad

Post Top Ad

Sabtu, 01 Oktober 2016

Peristiwa Tsunami Aceh 2004


Tsunami Aceh Indonesia 2004

Testimoni ini adalah kisah nyata dan rahasia di balik terjadinya tsunami Aceh dengan kesaksian 400 orang umat Kristen bahwa kisah ini sungguh terjadi... Bencana Raya Tsunami Aceh 2004 sudah lama berlalu, tapi tak seorangpun yang akan pernah melupakannya. 

Tsunami Aceh Indonesia 2004

Prahara itu setara dasyatnya dengan Bom Hiroshima dalam catatan sejarah bumi ini. Sampai kapanpun orang tidak akan pernah lupa pada Tsunami Aceh, dan seluruh umat manusia, keturunan demi keturunan, akan terus mengenangnya.Orang akan tetap mengingatnya sebagai bencana alam terbesar sepanjang zaman modern. Tak seorangpun yang akan lupa betapa stasiun-stasiun TV menayangkan video-video mengerikan: mayat-mayat manusia bergeletakan tak berarti di jalan-jalan, di trotoar, di lapangan, di selokan-selokan, tergantung di tiang listrik, di atas pohon dan tempat-tempat lain. Para reporter melaporkan langsung dengan berdiri di sekitar tumpukan mayat berserakan, bagai tumpukan ikan di pasar ikan.

Tsunami Aceh Indonesia 2004

Tapi adakah yang tahu rahasia besar di balik peristiwa dahsyat itu? Sekaranglah saatnya rahasia itu diungkapkan secara luas, agar menjadi peringatan besar bagi dunia, sama seperti Bahtera Nuh menjadi peringatan akan bengisnya murka Allah atas manusia di jaman itu. Berikut ini saya salin dari catatan harian saya dari tahun 2005 lalu. “Tadi pagi saya mendengar cerita yang menggetarkan dari tante saya. Beliau adik perempuan ibu saya, yang baru tiba dari Pekan Baru-Riau beberapa hari lalu ke kota ini, untuk meninjau anaknya yang sekolah disini. Cerita itu terlalu mengguncangkan sampai saya merinding mendengarnya dan memutuskan untuk menulisnya disini.

Tsunami Aceh Indonesia 2004

Beliau bercerita tentang sebuah peristiwa yang luput dari pers, yang menjadi awal dari bencana besar Tsunami Aceh 2004 lalu” Tanggal 24 Desember 2004, sebuah jemaat gereja berjumlah kira-kira 400 jiwa di Meulaboh, Aceh Darussalam, sedang kumpul-kumpul di gedung gereja untuk persiapan Natal, tiba-tiba mereka didatangi segerombol besar massa berwajah beringas. Mereka adalah warga kota, tetua-tetua kota, aparatur pemerintah serta polisi syariat. Massa ini dengan marah mengultimatum orang-orang Kristen itu untuk tidak merayakan Natal. Tetapi pendeta dan jemaat gereja itu mencoba membela diri, kurang lebih berkata: “Mengapa Pak? Kami kan hanya merayakan hari besar agama kami. Kami tidak berbuat rusuh atau kejahatan kok. Acara besok untuk memuji dan menyembah Tuhan kok, Pak. Yakinlah, kami tidak akan mengganggu siapapun.Tetapi massa itu tidak menggubris dan kurang lebih berkata: “Sekali tidak boleh, ya tidak boleh! Ini negeri Islam! Kalian orang-orang kafir tidak boleh mengotori kota kami ini! Dengar, kalau kami membunuh kalian, tidak satupun yang akan membela kalian, kalian tahu itu!?” Tetapi orang-orang Kristen itu tetap berusaha membujuk-bujuk massa itu.

Tsunami Aceh Indonesia 2004

Lalu massa yang ganas itu memutuskan begini: “Kalian tidak boleh merayakan Natal di dalam kota. Kalau kalian merayakannya disini, kalian akan tahu sendiri akibatnya! Tapi kalau kalian tetap mau merayakan Natal, kalian kami ijinkan merayakannya di hutan di gunung sana!!” Setelah mengultimatum demikian, massa itupun pergi. Lalu pendeta dan jemaat gereja itu berunding, menimbang-nimbang apakah sebaiknya membatalkan Natal saja, ataukah pergi ke hutan dan bernatal disana. Akhirnya mereka memilih pilihan kedua. Lalu berangkatlah mereka ke hutan, di daerah pegunungan. Di suatu tempat, mereka mulia membersihkan rumput dan belukar, mengikatkan terpal-terpal plastik ke pohon-pohon sebagai atap peneduh, lalu mulai menggelar tikar.

Tsunami Aceh Indonesia 2004

Besoknya, 25 Desember 2004, jemaat gereja itu berbondong-bondong ke hutan untuk merayakan Natal. Perayaan Natal yang sungguh memilukan sekali. Mereka menangis meraung-raung kepada Tuhan, meminta pembelaanNya. Sebagian besar mereka memutuskan menginap di hutan malam itu. Lalu pagi-pagi buta sekali, ketika hari masih gelap, istri si pendeta terbangun dari tidur. Ia bermimpi aneh, membangunkan suaminya dan yang lain. Dalam mimpinya itu TUHAN YESUS datang kepadanya, menghiburnya dengan berkata: “Kuatkanlah hatimu, hai anakKu. Jangan engkau menangis lagi. Bukan kalian yang diusir bangsa itu, tetapi Aku! Setiap bangsa yang mengusir Aku dan namaKu dari negeri mereka, tidak akan luput dari murkaKu yang menyala-nyala. Bangunlah dan pergilah ke kota, bawa semua saudaramu yang tertinggal disana ke tempat ini sekarang juga, karena Aku akan memukul negeri ini dengan tanganKu!” Lalu mereka membahas sejenak mimpi itu. 

Tsunami Aceh Indonesia 2004

Sebagian orang menganggap itu mimpi biasa, menenangkan si ibu pendeta dengan berkata kira-kira begini: “sudahlah Ibu, jangan bersedih lagi. Tentulah mimpi itu muncul karena ibu terlalu sedih”. Tetapi sebagian lagi percaya atau agak percaya bahwa mimpi itu memang betul-betul pesan Tuhan. Akhirnya mereka memutuskan mengerjakan pesan seperti dalam mimpi itu. Beberapa orang ditugaskan ke kota pagi buta itu juga untuk memanggil keluarga-keluarga jemaat yang tak ikut bernatal ke hutan. Ketika pagi hari, sekitar pukul 7 s/d 8 pagi mereka semua telah berada kembali di pegunungan, mereka dikejutkan goncangan gempa yang dasyat sekali. Tak lama kemudian, peristiwa Tsunami Besar itupun terjadi.

Tsunami Aceh Indonesia 2004

Sekarang, pendeta gereja yang selamat itu telah pergi kemana-mana, mempersaksikan kisah luar biasa itu ke gereja-gereja di seluruh Indonesia, termasuk ke gereja dimana tante saya beribadah, di Pekan Baru. Saya tidak tahu kebenaran cerita tante saya itu, sebab dialah orang satu-satunya yang pernah bercerita begitu pada saya.Itulah sebabnya saya tulis dulu di buku harian ini supaya saya tidak lupa dan supaya bila kelak saya telah mendengar cerita yang sama dari orang lain, barulah saya akan percaya dan akan saya ceritakan kepada sebanyak-banyaknya orang”. 

Tsunami Aceh Indonesia 2004

Tsunami Aceh Indonesia 2004

Tsunami Aceh Indonesia 2004

Tsunami Aceh Indonesia 2004

Tsunami Aceh Indonesia 2004

Saudara dalam Yesus, Beberapa waktu lalu, saya teringat pada catatan itu lalu terpikir untuk surfing di internet ini, apakah ada orang lain yang mendengar kesaksian yang sama. jika ada, berarti tante saya itu tidak membual pada saya, dan berarti peristiwa itu benar terjadi. Lalu apa yang saya temukan? Saya BENAR-BENAR menemukannya setelah dengan susah payah membuka-buka banyak situs. Salah satunya saya temukan di pedalaman salib.net. Itulah sebabnya catatan harian itu saya publikasikan di blog ini untuk saudara publikasikan lebih luas lagi ke seluruh dunia. Biarlah seluruh dunia tahu bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah satu-satunya Tuhan dan Ia sungguh-sungguh HIDUP!

3 Catatan tentang Tsunami Aceh 26 des 2004 :

Tanggal 26 Desember 2015, hampir sebagian besar perhatian netizen Indonesia teralihkan oleh senyapnya peringatan 11 tahun bencana super tsunami Aceh. Dalam doa dan tangis, ratusan ribu masyarakat khususnya warga Aceh mencoba mengenang kembali detik-detik bencana besar tsunami Aceh 11 tahun silam. Hingga hari ini, bencana tsunami yang menghancurkan Aceh hingga ke titik terburuk adalah bencana yang paling mematikan sepanjang sejarah modern Indonesia. Jumlah warga Aceh yang meninggal akibat digulung oleh derasnya air laut diprediksi mencapai lebih dari 165 ribu jiwa. Kini setelah 11 tahun berlalu, jutaan warga Aceh memang sudah bangkit dari keterpurukan, namun tetap saja luka lama yang begitu menyayat tentang kenangan buruk tsunami 26 Desember itu tak bisa begitu saja hilang.
Setelah 11 tahun berlalu, tsunami Aceh masih menyimpan sejumlah catatan khusus yang bisa menjadi pelajaran bersama. Berikut adalah 3 catatan khusus tentang tsunami Aceh yang jarang diketahui orang:

1.Tsunami Aceh 2004 Diawali Oleh Guncangan Gempa Berkekuatan 9,2 SR(Scala Richter)

Berapa besaran gempa yang pernah Anda rasakan selama ini? Jika Anda tak berada langsung di Aceh saat kejadian detik-detik sebelum tsunami 11 tahun lalu Anda tak akan pernah membayangkan betapa kuat guncangan gempa berkekuatan 9,2 SR itu. Kala itu, 26 Desember 2004 sebagian besar masyarakat Aceh masih bersantai di hari libur pasca perayaan Natal dan menjelang tahun baru. Tanpa prediksi apapun, pukul 07.58 WIB sebuah guncangan gempa sangat dahsyat dengan daya rusak yang begitu masif datang tiba-tiba. Gempa bergetar selama lebih dari 8 menit dan tercatat oleh seismograf pada kekuatan 9,2 SR. Gempa yang terjadi karena pelepasan energi di lokasi seismic gap sekitar barat laut Aceh inilah yang memicu bencana paling mematikan: tsunami. Gempa super ini diketahui berasal dari pelepasan energi sebuah retakan yang sangat besar sepanjang lebih dari 1600 kilometer di barat daya Aceh.

2.Setelah Gempa Terjadi Langsung Mewnyusul Gelombang Tsunami Menyapu Daratan Aceh setinggi +30 Meter.

Akibat kerasnya getaran gempa karena retakan panjang di dasar laut. Muncul cekungan dasar laut yang terjadi akibat perubahan mendadak dasar laut. Fenomena ini memindahkan volume air laut yang sangat besar ke dalam rongga retakan gempa besar ini. akhirnya air laut surut hingga 15 meter dari pesisir. Laut surut beberapa menit dan membingungkan banyak masyarakat pesisir. Namun beberapa saat kemudian air laut kembali lagi ke pesisir dengan kekuatan dan kecepatan yang sangat dahsyat. Hampir mencapai kecepatan pesawat jet, 500 km/jam. Semakin mendekati pesisir gelombang tsunami berkurang kecepatannya namun bertambah ketinggian airnya. Saksi mata korban tsunami Aceh mengatakan bahwa tsunami 11 tahun lalu itu sampai setinggi 30 meter!

3.Gempa Yang Menyebabkan Tsunami Di Aveh Tahun 2004 Adalah Gempa Terlama Sepanjang Sejarah Kegempaan Si Dunia

Selain kekuatan gempa yang begitu besar, ternyata durasi gempa yang memicu tsunami Aceh tercatat sebagai gempa terlama sepanjang sejarah. Bayangkan saja, kala itu gempa bergertar hebat bahkan mencapai durasi 8 hingga 10 menit.

(Sumber : http://blog.act.id/ini-3-catatan-khusus-tentang-tsunami-aceh-26-desember-yang-jarang-diketahui/)

1 komentar:

  1. Ceritanya bukan begitu pak Pendeta, masyarakat Aceh itu tidak seperti pak Pendeta tuliskan

    BalasHapus

Post Bottom Ad

Post Bottom Ad