Pihak Yang Mengaku Saksi Yehuwa-1 - Yesus Allah Sejati

Yesus Allah Sejati

Yesus Allah Pencipta Langit Bumi

Artikel Terbaru

Home Top Ad

Post Top Ad

Selasa, 02 Januari 2018

Pihak Yang Mengaku Saksi Yehuwa-1

Pihak Yang Mengaku Saksi Yehuwa-1
Didalam artikel singkat ini saya hanya menuliskan pengantar kepada pembaca untuk mencoba memahami apa yang menjadi iman sekelompok orang yang mengaku saksi Jehovah. Dimana mereka mencoba mengungkapkan argumentasi-argumentasinya berdasarkan olah pemikirannya sendiri dan kemudian membuat kesimpulan terhadap ayat Alkitab yang menurut saya sangat amat tidak difahaminya. Silahkan saudara pembaca menyimak uraian argument pihak-pihak yang mengaku sebagai saksi Jehovah tersebut. Sebab saya sendiri sudah pasti tidak dapat menerima argument yang mereka bangun yang berdasar pelogikaan oleh pikir manusianya. Saya sudah pasti menolak argumentasinya yang sering mencoba merasionalisasikan suatu masalah dalam ayat Alkitab yang sebenarnya adalah bertujuan untuk pembenaran bagi ajaran diri mereka sendiri. Selamat membaca dan menyimak argumentasinya.

(Silahkan baca salah satu sumbernya dari sini :Olah Pikir Yang Menipu Dari Saksi Yehuwah ) & ()

Inilah Sejunlah Argumentasi Olah Pikir Dari Pihak-Pihak Yang Mengaku Saksi Jehovah Tersebut:

A. Api Neraka—Apakah Bagian dari Keadilan Allah?

PERNAHKAH Anda melihat seseorang disiksa? Kami harap tidak. Penyiksaan yang disengaja membuat kita merasa mual dan jijik. Namun, bagaimana dengan penyiksaan yang ditimpakan oleh Allah? Dapatkah Anda membayangkan hal semacam itu? Tetapi, justru inilah yang secara tidak langsung dinyatakan oleh ajaran api neraka, suatu doktrin resmi dalam banyak agama.

Bayangkan sejenak pemandangan yang mengerikan berikut ini: Seseorang sedang dipanggang di atas sebuah lempeng besi yang panas. Dalam penderitaannya, ia berteriak meminta belas kasihan, tetapi tidak seorang pun mendengarkan. Penyiksaan terus-menerus berlanjut, jam demi jam, hari demi hari—tanpa henti!

Apa pun kejahatan yang mungkin telah dilakukan orang tersebut, tidakkah Anda akan merasa iba terhadapnya? Bagaimana dengan orang yang memerintahkan penyiksaan tersebut? Mungkinkah ia seseorang yang pengasih? Tidak mungkin! Kasih itu berbelaskasihan dan memperlihatkan rasa iba. Seorang ayah yang pengasih bisa saja menghukum anak-anaknya, tetapi ia tidak akan pernah menyiksa mereka!

Meskipun demikian, banyak agama mengajarkan bahwa Allah menyiksa para pedosa dalam suatu api neraka yang kekal. Hal ini, katanya, adalah keadilan ilahi. Jika hal itu benar, siapa yang menciptakan tempat siksaan kekal yang mengerikan itu? Dan siapa yang bertanggung jawab atas penderitaan hebat yang diberikan di sana? Jawabannya jelas. Jika tempat semacam itu benar-benar ada, maka tentu Allahlah penciptanya dan tentu Dia pula yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi di sana.

Dapatkah Anda menerima hal ini? Alkitab* mengatakan, ”Allah adalah kasih.” (1 Yohanes 4:8) Apakah Allah yang pengasih akan menimpakan siksaan yang bahkan dianggap memuakkan oleh manusia dengan tingkat kesusilaan mana pun? Sudah pasti tidak!

B. Ajaran yang Tidak Masuk Akal

Meskipun demikian, banyak orang percaya bahwa orang-orang jahat akan pergi ke neraka yang bernyala-nyala dan disiksa selama-lamanya. Apakah ajaran itu logis? Masa hidup manusia terbatas antara 70 atau 80 tahun. Bahkan seandainya seseorang melakukan kejahatan yang ekstrem sepanjang hidupnya, apakah siksaan abadi merupakan hukuman yang adil? Tidak. Sangat tidak adil untuk menyiksa seseorang selama-lamanya karena dosa-dosa yang hanya terbatas jumlahnya yang dapat ia lakukan selama masa hidupnya.

Siapa yang mengetahui kebenaran tentang apa yang terjadi setelah kita mati? Hanya Allah yang dapat menyingkapkan keterangan ini, dan Ia telah melakukannya dalam Firman-Nya yang tertulis, Alkitab, yang telah disebutkan di atas. Inilah apa yang Alkitab katakan, ”Sebagaimana [binatang] mati, demikian juga [manusia]. Kedua-duanya mempunyai nafas [”roh”, NW] yang sama . . . Kedua-duanya menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya kembali kepada debu.” (Pengkhotbah 3:19, 20) Di sini tidak disebutkan tentang neraka yang menyala-nyala. Manusia kembali kepada debu—kepada ketiadaan—pada waktu mereka mati.

Agar dapat disiksa, seseorang harus dalam keadaan sadar. Apakah orang mati dalam keadaan sadar? Tidak. ”Orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap”. (Pengkhotbah 9:5) Adalah tidak mungkin bagi orang mati, yang ”tak tahu apa-apa”, untuk mengalami penderitaan api neraka.

C. Doktrin yang Membahayakan

Beberapa orang berkukuh bahwa ajaran api neraka itu berguna, tidak soal itu benar atau tidak. Mengapa? Mereka mengatakan bahwa ajaran itu dapat menghalangi seseorang berbuat yang salah. Apakah hal itu benar? Nah, apakah tingkat kejahatan di tempat orang-orang mempercayai api neraka lebih rendah daripada tempat-tempat lain? Tidak! Sebenarnya, doktrin api neraka sangat membahayakan. Apakah seseorang yang percaya bahwa Allah menyiksa manusia akan memandang penyiksaan sebagai sesuatu yang memuakkan? Bagaimana mungkin? Orang-orang yang percaya kepada allah yang kejam sering kali menjadi kejam seperti allah mereka.

Dengan cara apa pun seseorang yang bersikap masuk akal memandang persoalan ini, ia tidak akan dapat menerima adanya neraka tempat siksaan. Logika menentang hal itu. Sifat-sifat manusiawi merasa jijik dengan itu. Terlebih penting, Firman Allah tidak mengatakan bahwa tempat seperti itu ada. Pada waktu seseorang mati, ”ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya”.—Mazmur 146:4.

D. Apa Hukuman untuk Dosa?

Apakah itu berarti kita tidak akan dihukum untuk dosa-dosa kita? Tidak demikian. Allah kita yang kudus menghukum para pedosa, tetapi Ia tidak menyiksa mereka. Dan jika para pedosa bertobat, Ia mengampuni mereka. Apa hukuman dari dosa? Alkitab memberikan jawaban langsung, ”Upah yang dibayar oleh dosa adalah kematian.” (Roma 6:23) Kehidupan adalah karunia dari Allah. Pada waktu kita berdosa, kita tidak layak lagi mendapatkan karunia tersebut, dan kita mati.

Anda mungkin bertanya, ”Apakah itu adil? Setiap orang juga mati!” Itu benar karena kita semua adalah pedosa. Sebenarnya, tidak seorang pun layak hidup. ”Melalui satu orang dosa masuk ke dalam dunia dan kematian melalui dosa, dan demikianlah kematian menyebar kepada semua orang karena mereka semua telah melakukan dosa”.—Roma 5:12.

Sampai di sini Anda mungkin berpikir, ”Jika kita semua berdosa dan oleh karena itu kita semua mati, untuk apa kita berupaya menjadi orang yang saleh? Tampaknya orang yang jahat diperlakukan persis sama dengan orang yang berupaya melayani Allah.” Namun bukan demikian halnya. Meskipun kita semua adalah pedosa, Allah mengampuni mereka yang dengan tulus bertobat dan berupaya mengubah jalan-jalan mereka. Dan Ia memberi upah atas upaya kita untuk ’membentuk kembali pikiran kita’ dan melakukan yang baik. (Roma 12:2) Kebenaran-kebenaran ini adalah dasar dari suatu harapan yang menakjubkan.

E. Upah Bagi Orang yang Baik

Kita tidak ada lagi bila kita mati. Tetapi hal itu tidak mengartikan bahwa segalanya telah berakhir. Ayub, pria yang setia itu mengetahui bahwa ia akan pergi ke kuburan (Syeol) pada waktu ia mati. Tetapi dengarkanlah doanya kepada Allah, ”Ah, kiranya Engkau menyembunyikan aku di dalam dunia orang mati [”Syeol”, NW], melindungi aku, sampai murka-Mu surut; dan menetapkan waktu bagiku, kemudian mengingat aku pula! Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? . . . Engkau akan memanggil, dan akupun akan menyahut.”—Ayub 14:13-15.

Ayub percaya bahwa jika ia setia sampai mati, ia akan diingat oleh Allah dan dibangkitkan. Ini adalah yang dipercayai oleh semua hamba Allah di zaman purba. Yesus sendiri meneguhkan harapan ini pada waktu ia berkata, ”Jamnya akan tiba ketika semua orang yang di dalam makam peringatan akan mendengar suaranya dan keluar, mereka yang melakukan perkara-perkara baik kepada kebangkitan kehidupan, mereka yang mempraktekkan perkara-perkara keji kepada kebangkitan penghakiman.”—Yohanes 5:28, 29.

Kapan kebangkitan akan dimulai? Menurut Alkitab, sudah sangat dekat. Nubuat Alkitab menunjukkan bahwa pada tahun 1914, dunia ini memasuki ”hari-hari terakhir”-nya. (2 Timotius 3:1) Pada apa yang banyak orang sebut ’akhir dunia’, Allah tidak lama lagi akan menyingkirkan kefasikan dan mendirikan suatu dunia baru di bawah pemerintahan surgawi.—Matius, pasal 24; Markus, pasal 13; Lukas, pasal 21; Penyingkapan (Wahyu) 16:14.

Hasilnya adalah suatu firdaus yang meliputi seluruh bumi dan dihuni oleh orang-orang yang telah dengan tulus berupaya melayani Allah. Orang-orang jahat tidak akan dibakar dalam api neraka, tetapi mereka tidak akan mendapat tempat dalam firdaus yang akan datang. Dalam Mazmur 37:10, 11 kita membaca, ”Lenyaplah orang fasik; jika engkau memperhatikan tempatnya, maka ia sudah tidak ada lagi. Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri [”bumi”, NW] dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.”

Apakah semua ini impian belaka? Tidak, itu adalah janji Allah. Dalam Alkitab kita membaca, ”Aku mendengar suatu suara yang keras dari takhta itu mengatakan, ’Lihat! Kemah Allah ada bersama umat manusia, dan ia akan diam bersama mereka, dan mereka akan menjadi umatnya. Dan Allah sendiri akan ada bersama mereka. Dan ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan kematian tidak akan ada lagi, juga tidak akan ada lagi perkabungan atau jeritan atau rasa sakit. Perkara-perkara yang terdahulu telah berlalu.’”—Penyingkapan 21:3, 4.

Apakah Anda mempercayai kata-kata ini? Seharusnya demikian. Firman Allah selalu menjadi kenyataan. (Yesaya 55:11) Kami mendesak Anda untuk belajar lebih banyak tentang maksud-tujuan Allah bagi umat manusia. Saksi-Saksi Yehuwa akan senang membantu Anda. Apabila Anda menginginkan bantuan mereka, kami mengundang Anda untuk menulis kepada salah satu alamat di bawah ini.

Kecuali bila disebutkan yang lain, kutipan-kutipan ayat dari Kitab-Kitab Yunani Kristen diambil dari Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru, dan kutipan-kutipan dari Kitab-Kitab Ibrani diambil dari Terjemahan Baru terbitan Lembaga Alkitab Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Post Bottom Ad